Kamis, 28 November 2013



(Tuhan) Yang Maha Pemurah,(QS. 55:1) Yang telah mengajarkan Al quran.(QS. 55:2)

الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (2)

Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad SAW Alquran dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:
إنما يعلمه بشر
Artinya:
Sesungguhnya Alquran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)".
(Q.S. An Nahl: 103)

Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Alquran. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Alquran akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Alquran adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.

Dia menciptakan manusia.(QS. 55:3) Mengajarnya pandai berbicara.(QS. 55:4)

خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)

Dalam ayat ini Allah menyebutkan nikmat kejadian manusia yang menjadi dasar semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajar Alquran pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluk Nya ini dan diajarkan Nya pandai membicarakan tentang apa yang tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya, kalaulah tidak mungkin tentu Muhammad tidak akan mengajarkan Alquran kepada umatnya.
Manusia adalah makhluk yang berbudaya, tidak dapat hidup kecuali dengan berjemaah, maka haruslah ada alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara ia dengan saudaranya yang
menulis kepadanya dari penjuru dunia yang jauh dan dari benua-benua serta dapat memelihara ilmu-ilmu terdahulu untuk dimanfaatkan oleh orang-orang kemudian dan menambah kekurangan-kekurangan yang terdapat dari orang-orang terdahulu.
Ini adalah suatu anugerah rohaniah yang sangat tinggi nilainya dan tidak ada bandingannya dalam hidup, dari itu nikmat ini didahulukan sebutannya dari nikmat-nikmat lainnya.
Pertama-tama dimulai dengan sesuatu yang harus dipelajari, yaitu Alquran yang menjamin kebahagiaan, lalu diikuti dengan belajar kemudian ketiga cara dan metode belajar, dan seterusnya berpindah kepada membacakan benda-benda angkasa yang diambil manfaat dari padanya.

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.(QS. 55:5)

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ (5

Pada ayat ini Allah menyebutkan, bahwa matahari dan bulan yang termasuk di antara benda-benda angkasa yang terbesar, beredar dalam peredarannya masing-masing dengan perhitungan dan batas-batas yang tertentu. Dengan perantaraan matahari dan bulan ini teraturlah sarana kehidupan di bumi, termasuk perubahan musim-musim. Dengan memperhitungkan perubahan-perubahan tersebut manusia dapat mengatur soal-soal pertanian; di antaranya waktu menanam, waktu mengetam sesuai dengan ketentuannya masing-masing. Begitu juga yang berhubungan dengan soal-soal keuangan, seperti jual beli, dapat dilakukan secara tunai atau di tangguhkan ke bulan atau ke tahun tertentu. Begitu juga dalam penentuan umur dan masa yang berlaku tentang kejadian-kejadian yang lampau dan yang akan datang.

Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.(QS. 55:6)

وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ (6)

Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa tanaman-tanaman muda, dan kayu-kayuan, kedua-duanya tunduk kepada kehendak Nya secara naluri, sebagaimana tunduknya manusia menurut kemauannya. Perbedaan antara tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan dalam bentuk dan rupa, warna dan rasa, semua itu adalah karena patuh dan tunduk kepada kekuasaan yang menghendaki Nya.


Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).(QS. 55:7)

وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ (7)

Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa Dia menjadikan alam yang tinggi keadaannya, karena dari sana dimulai hukum-hukum-Nya; tempat turun perintah dan larangan Nya kepada hamba-hamba Nya, tempat malaikat-malaikat yang turun membawa wahyu Nya kepada Nabi-nabi Nya, sedangkan keadaan bumi ini Dia menghendakinya dalam keseimbangan, perimbangan akidah, seperti mentauhidkan Nya, karena tauhid adalah pertengahan antara mengingkari adanya Allah dengan mempersekutukan Nya, perimbangan dalam ibadat, dalam beramal dan dalam budi pekerti, perimbangan dalam kekuatan rohani dan jasmani, lalu diperintahkan hamba-hamba Nya membersihkan jiwa mereka sambil memperkenankan mereka makan bermacam-macam makanan yang baik-baik untuk menjaga kesehatan mereka, melarang mereka berlebih-lebihan dalam agama.
Demikianlah, perimbangan dan keadilan yang dikehendaki Nya dengan tidak membiarkan sesuatu karena kecilnya dan tidak pula mementingkan yang lain karena besarnya, bahkan perimbangan Nya mencakup semua yang ada di alam ini.
 

Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.(QS. 55:8)

أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ (8)

Allah menyatakan bahwa Dia melakukan yang demikian itu agar manusia tidak melampaui dan melangkahi batas-batas keadilan dan kelancaran menjalankan sesuatu menurut neraca yang telah ditetapkan bagi segala sesuatu itu, maka dengan demikian keadaan manusia akan bertambah baik, akhlak dan amal perbuatan akan lebih mulia dan teratur. 

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.(QS. 55:9)

وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ (9)

Allah memerintahkan manusia untuk menegakkan timbangan dengan adil dan jangan berlaku curang. Ini menunjukkan bahwa harus memperhatikan timbangan yang adil dalam semua amal perbuatan manusia dan ucapan-ucapannya. 

Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk- (Nya),(QS. 55:10)

وَالْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ (10)

Allah menerangkan bahwa Dia mendatarkan bumi untuk tempat tinggal binatang, dan semua jenis yang mempunyai roh dan di bumi itu tempat kehidupan untuk dapat mengambil manfaat dari benda-benda di permukaan bumi dan yang berada di dalam perutnya, untuk semua keperluan hidup yang tidak terhingga banyaknya. 

di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.(QS. 55:11)

فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الْأَكْمَامِ (11)

Allah memberitahukan bahwa di bumi ini terdapat bermacam-macam bahan yang dapat dijadikan makanan dari aneka ragam buah-buahan, yang dimakan setelah masak dari pohonnya atau setelah dimasak dengan api, baik dari buah-buahan setelah dikeringkan maupun dalam keadaan masih basah. Seterusnya Allah menyatakan, pohon-pohon kurma yang mempunyai selodang pembungkus buahnya ketika ia keluar. Dikhususkan sebutan kurma ini karena ditanam di tanah Arab dan sangat banyak faedahnya; buahnya baik dimakan di waktu masih muda maupun setelah ia matang, baik keadaan basah maupun setelah ia dikeringkan. Dari seluruh pohonnya dapat juga diambil faedah; daunnya untuk keranjang dan tikar, sabutnya untuk tali, pelepahnya untuk atap rumah, dan batangnya untuk tiang. Dari itu jenis kurma dikhususkan dalam menyebutnya di antara buah-buahan yang lain. 

Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.(QS. 55:12)

وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ (12)

Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa semua biji-bijian yang dijadikan sebagai bahan makanan, seperti gandum, padi dan jelai mempunyai daun yang menutupi tandan-tandannya, begitu pula semua yang berbau harum dari tumbuh-tumbuhan.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(QS. 55:13)

بِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (13)

Allah menantang manusia dan jin; nikmat manakah dari nikmat-nikmat yang telah mereka rasakan itu yang mereka dustakan. Yang dimaksud dengan pendustaan nikmat-nikmat tersebut adalah kekafiran mereka terhadap Tuhan mereka, karena mempersekutukan tuhan-tuhan mereka dengan Allah. Dalam peribadatan adalah bukti tentang kekafiran mereka terhadap tuhan mereka, karena nikmat-nikmat itu harus disyukuri, sedangkan syukur artinya menyembah Yang Memberi nikmat-nikmat kepada mereka. Ayat tersebut diulang-ulang dalam surah ini tigapuluh satu kali banyaknya untuk memperkuat tentang adanya nikmat dan untuk memperingatkannya. Dari itu, sambil Dia menyebut satu persatu dari nikmat-nikmat tersebut Dia memisahkannya dengan kata-kata memperingati dan memperkuat tentang adanya nikmat-nikmat tersebut.
Susunan kata serupa ini banyak terdapat dalam bahasa Arab, dari itu, telah menjadi kebiasaan bahwa seorang mengatakan kepada temannya yang telah menerima kebaikannya, tetapi ia mengingkarinya, "Bukankah engkau dahulu miskin, lalu aku menolongmu sehingga berkecukupan? Apakah engkau mengingkarinya? Bukankah engkau dahulu tidak berpakaian, maka aku memberi pakaian; apakah engkau mengingkarinya? Bukankah engkau dahulu tidak dikenal, maka aku mengangkat derajatmu, lalu engkau menjadi dikenal apakah engkau mengingkarinya?".
Seakan-akan Allah SWT berkata, "Bukankah Aku menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara, Aku jadikan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, Aku jadikan bermacam-macam kayu-kayuan, Aku jadikan aneka ragam buah-buahan, baik di dusun-dusun maupun di bandar-bandar untuk mereka yang beriman dan kafir kepada Ku, terkadang Aku menyiraminya dengan air hujan, adakalanya dengan air sungai dan alur-alur; apakah kamu hai manusia dan jin mengingkari yang demikian itu?".